Archive for Januari, 2011

Rasulullah SAW Memberitakan Syahadah Husain AS

30 Januari 2011

Rasulullah saw telah menyampaikan berita tentang syahadah cucu kesayangannya ini pada saat ia masih hidup, agar muslimin yakin dengan syahadahnya itu. Ibn Abbâs berkata: “Kami tidak merasa ragu, sedang Ahlul Bait masih hidup, bahwa Husain bin Ali akan dibunuh di daerah Thuff.”

Nabi saw telah memperoleh berita dari langit bahwa cucunya itu akan ditimpa berbagai musibah dan bencana yang dapat meruntuhkan gunung. Mendengar berita itu, Nabi saw menangis tersedu-sedu. Berikut ini beberapa hadits yang dapat kami sampaikan:

  1. Ummul Fadhl binti Hârits meriwayatkan: “Husain as berada di pangkuanku. Kemudian aku masuk menjumpai Rasulullah saw. Sejenak aku menoleh kepadanya. Aku lihat kedua matanya mencucurkan air mata. Aku bertanya, ‘Wahai nabi Allah, demi ayah dan ibuku, apa yang telah menimpa Anda?’ Ia menjawab, ‘Jibril telah datang menemuiku dan mengabarkan kepadaku bahwa umatku akan membunuh anakku ini.’ Ia memberi Isya’rat kepada Husain as. Aku terkejut seraya bertanya heran, ‘Anak ini akan dibunuh? Yakni Husain?’ Rasulullah saw menjawab: ‘Ya. Jibril datang kepadaku dengan membawa tanah merah ini.'”Ummul Fadhl pun tenggelam dalam tangisan mengikuti kesedihan Rasulullah.
  2. Ummul Mukminin Ummu Salamah meriwayatkan: “Pada suatu malam, Rasulullah tengah berbaring. Kemudian ia bangun dengan perasaan gusar. Kemudian berbaring lagi dan bangun kembali dengan perasaan gusar, berbeda dengan kondisi pertama. Setelah itu berbaring lagi dan bangun kembali, sementara tangannya memegang tanah merah dan menciumnya. Aku bertanya kepadanya, ‘Tanah apa ini, ya Rasulullah?’ Ia menjawab, ‘Jibril datang kepadaku dan berkata bahwa anak ini-yakni Husain-akan dibunuh di bumi Irak. Aku berkata kepada Jibril, ‘Tunjukkan kepadaku tanah tempat ia akan dibunuh.’ Dan inilah tanahnya.'”
  3. Ummu Salamah meriwayatkan: “Suatu hari Rasulullah saw duduk di rumahku. Ia berkata, ‘Jangan ada seorang pun yang menemuiku.’ Aku pun menunggu. Kemudian tiba-tiba Husain as masuk, dan kudengar tangisannya saw. Aku lihat Husain as berada di pangkuan atau di sampingnya. Sementaranya mengelus-ngelus kepalanya sambil menangis. Aku berkata kepadanya, ‘Demi Allah, aku tidak mengetahui bahwa Husain masuk.’ Ia berkata kepadaku, ‘Barusan Jibril bersamaku. Ia berkata kepadaku, ‘Apakah engkau mencintainya?’ ‘Ya’, jawabku pendek. Dia melanjutkan, ‘Ketahuilah, umatmu akan membunuhnya di suatu daerah yang bernama Karbala.’ Lalu Jibril memberikan tanah itu.’ dan ia pun memperlihatkan tanah itu kepadaku.”
  4. ‘Aisya’h meriwayatkan: “Husain bin Ali pernah menjumpai Rasulullah saw. Ketika itu wahyu sedang turun kepadanya. Kemudian Husain as melompat kepada Rasulullah, sementaranya nampak penuh duka. Jibril berkata, ‘Apakah engkau mencintainya, hai Muhammad?’ Nabi saw menjawab, ‘Bagaimana mungkin aku tidak mencintai anakku?’ Jibril berkata, ‘Umatmu akan membunuhnya sepeninggalmu.’ Kemudian Jibril menyerahkan tanah berwarna putih seraya berkata, ‘Di tanah inilah anakmu ini akan dibunuh. Daerah itu bernama Thuff. Setelah Jibril pergi dan tanah itu berada di tangan Rasulullah saw, ia menangis dan berkata kepada ‘AIsya’h, ‘Hai ‘AIsya’h, sesungguhnya Jibril telah memberitahukan kepadaku bahwa anakku Husain akan dibunuh di daerah Thuff, dan umatku akan mendapat bencana besar setelah ku.’Setelah berkata begitu, Rasulullah saw keluar menemui sahabatnya sambil menangis. Di antara mereka tampak Ali, Abu Bakar, Umar, Hudzaifah, Ammâr, dan Abu Dzar. Mereka bertanya, ‘Apa yang Anda tangisi, ya Rasulullah?’ Rasulullah saw menjawab, ‘Jibril telah memberitahukan kepadaku bahwa anakku, Husain akan dibunuh sepeninggalku di daerah Thuff, dan dia memberiku tanah ini. Jibril juga memberitahukan kepadaku bahwa Husain akan dikuburkan di tempat itu juga.'”
  5. Zainab binti Jahsy, salah seorang istri Rasulullah saw, meriwayatkan: “Ketika Rasulullah saw tidur di rumahku, Husain merangkak di dalam rumah. Aku lengah hingga Husain mendekatinya dan naik ke atas perutnya. Kemudian ia bangun untuk mengerjakan salat sembari menggendongnya. Ketika ia rukuk dan sujud, ia meletakkannya. Dan ketika berdiri, ia menggendongnya kembali. Ketika duduk, ia mengangkat kedua tangan untuk berdoa. Setelah selesai salat, aku bertanya kepadanya, ‘Ya Rasulullah, aku telah melihat Anda melakukan sesuatu pada hari ini yang belum pernah Anda lakukan sebelum ini?’ Ia menjawab, ‘Sesungguhnya Jibril datang kepadaku dan memberitahukan kepadaku bahwa anakku itu akan dibunuh.’ Selanjutnya aku berkata, ‘Jika begitu, perlihatkanlah kepadaku sesuatu?’ Kemudian ia memperlihatkan kepadaku tanah berwarna merah.”
  6. Ibn Abbâs meriwayatkan: “Ketika Husain berada di kamar Rasulullah saw, Jibril berkata, ‘Apakah engkau mencintainya?’ Ia menjawab, ‘Bagaimana aku tidak mencintainya? Dia adalah buah hatiku.’ Jibril menimpali, ‘Sesungguhnya umatmu akan membunuhnya. Maukah engkau aku perlihatkan kuburannya?’ Dia menggenggam sesuatu. Aku lihat, ia menggenggam tanah merah.”
  7. Abu Umâmah meriwayatkan: “Rasulullah saw berkata kepada para istrinya, ‘Janganlah kalian menangiskan anak ini-yaitu Husain.'”Abu Umâmah melanjutkan: “Pada suatu hari, tibalah giliran Ummu Salamah. Kemudian Jibril turun dan Rasulullah masuk ke dalam rumah. Ia berkata kepada Ummu Salamah, ‘Jangan engkau biarkan seseorang menemuiku.’ Tidak lama kemudian, Husain datang. Ketika melihat Rasulullah saw berada di dalam rumah, Husain hendak masuk. Ummu Salamah menggendong dan menimangnya sambil mendiamkan tangisnya. Ketika tangisannya semakin keras, Ummu Salamah melepaskannya. Kemudian Husain as masuk ke dalam rumah dan duduk di pangkuan Rasulullah saw. Jibril berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya umatmu akan membunuh anakmu ini.’ Nabi berkata: ‘Mereka akan membunuhnya padahal mereka beriman kepadaku?’ ‘Ya, mereka akan membunuhnya’, jawab Jibril pendek.Lalu Jibril menyerahkan segumpal tanah kepada Rasulullah saw seraya berkata, ‘Dia akan dibunuh di tempat itu.’ Setelah itu Rasulullah saw keluar sambil menggendong Husain dan dalam keadaan muram dan duka. Ummu Salamah menyangka Rasulullah marah karena anak itu telah masuk. Ummu Salamah berkata kepadanya, ‘Ya nabi Allah, aku jadikan diriku sebagai tebusanmu, sesungguhnya Anda telah berkata, ‘Janganlah menangiskan anak ini. Dan Anda juga menyuruhku untuk tidak membiarkan seorang pun masuk menemui Anda. Tetapi Husain datang dan terpaksa aku membiarkannya.’Rasulullah saw tidak menjawab sepatah kata pun dan ia keluar menemui para sahabat, sementaranya tenggelam dalam kesedihan dan kedukaan. Kemudian ia berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya umatku akan membunuh anak ini’, sambil menunjuk Husain. Abu Bakar dan Umar segera bangkit dan bertanya kepadanya, ‘Ya nabi Allah, mereka akan melakukan hal itu sedang mereka adalah orang-orang beriman?”Ya, inilah tanahnya’, jawab Rasulullah saw pendek.”
  8. Anas bin Hârist meriwayatkan: “Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya anakku ini-yakni Husain-akan dibunuh di tempat yang bernama Karbala. Barang siapa yang mengalami peristiwa itu nanti, maka hendaklah ia menolongnya.'” Ketika Husain berangkat menuju ke Karbala, Anas menyertainya dan ia meneguk cawan syahadah di haribaan Imam Husain.
  9. Ummu Salamah meriwayatkan: “Suatu Hasan dan Husain bermain-main di hadapan Nabi di rumahku. Ketika itu Jibril turun. Ia berkata, ‘Ya Muhammad, sesungguhnya umatmu akan membunuh anakmu ini sepeninggalmu.’ Jibril memberi Isya’rat kepada Husain. Rasulullah saw menangis dan langsung mendekap Husain, lalunya mencium tanah yang berada di tangannya. Ia berkata: “Aduhai Derita dan nestapa!'” Lalu Rasulullah saw menyerahkan tanah itu kepada Ummu Salamah seraya berpesan kepadanya: “Jika tanah ini telah berubah menjadi darah, maka ketahuilah sesungguhnya anakku ini telah terbunuh.” Ummu Salamah menyimpan tanah itu di dalam botol dan setiap hari menunggu-nunggu peristiwa itu terjadi. Ia berkata: “Sungguh hari di mana tanah ini berubah menjadi darah adalah hari yang agung.”
  10. Rasulullah saw pernah bermimpi melihat seekor anjing yang berbercak bulunya tengah menjilat-jilat darahnya sendiri. Ia menakwilkan mimpi itu bahwa seorang laki-laki yang menderita penyakit kusta akan membunuh anaknya, Husain as. Dan terbukti bahwa yang membunuh Husain as adalah seorang yang keji dan kotor bernama Syimr bin Dzil Jausyan. Ia memang menderita penyakit kusta.Ini adalah sebagian hadits yang pernah disampaikan oleh Rasulullah saw berkenaan dengan syahadah cucu kesayangannya, Imam Husain as. Dari hadits-hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa betapa sedih dan duka Rasulullah saw atas musibah yang menyayat hati itu.

_______________

Imam Husain bin Ali الحسین بن علي
626-680 M; Gelar: Sayyid al-Shuhada
Husain adalah cucu dari Nabi Muhammad saww yang dibunuh ketika dalam perjalanan ke Kufah di Karbala. Husain dibunuh karena menentang Yazid bin Muawiyah.

Hadits Al-Manzilah

29 Januari 2011

Hadits Al-Manzilah adalah hadits yang menjelaskan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib (sa) memiliki kedudukan yang paling dekat dengan Rasulullah saw seperti kedudukan Harun (as) dengan Nabi Musa (as). Jadi, tidak ada seorang pun manusia yang dapat dibandingkan dengan Imam Ali dalam hal kedekatannya dengan Rasulullah saw. Dengan segala redaksinya yang bermacam-macam, antara lain:

Rasulullah saw bersabda:

أَنْتَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلاَّ أَنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي

“Engkau (Ali) di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi sesudahku.”

أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى

“Tidakkah engkau senang di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa.”

أَلاَ تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلاَّ أَنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي

“Tidakkah engkau senang di sisiku seperi kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi sesudahku.”

عَلِيٌّ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى

“Ali bin Abi Thalib di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa.”

يَا عَلِيُّ أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي كَهَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلاَّ أَنَّكَ لَسْتَ بِنَبِيٍّ

“Wahai Ali, tidakkah engkau senang di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja kamu bukan seorang nabi.”

مَا مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلاَّ وَلَهُ خَاصَّةٌ، يَابْنَ أَبِي طَالِبٍ، أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلاَّ أَنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي

“Tidak ada seorang pun di antara kalian kecuali memiliki kekhususan. Wahai putera Abu Thalib, tidakkah engkau ridha di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi sesudahku.”

أَلاَ تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلاَّ أَنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي، خَلَّفْتُكَ أَنْ تَكُونَ خَلِيْفَتِي

“Tidak engkau senang di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi sesudahku, sesudahku engkau akan menjadi khalifahku.”

أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلاَّ النُّبُوَّة

“Tidakkah engkau senang di sisiku seperti Harun di sisi Musa kecuali kenabian.”

Allah swt berfirman:

وَاجْعَلْ لِي وَزِيراً مِنْ أَهْلِي هَارُونَ أَخِي، وَاشْدُدْ بِهِ أَزْرِي، وَاَشْرِكْهُ فِي اَمْـرِي

(Musa berkata): “Jadikan untukku pembantu dari keluargaku, yaitu Harun, saudaraku, teguhkan dengan dia kekuatanku, dan jadikan dia sekutu dalam urusanku.” (Thaha: 29-31)

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَا مَعَهُ أَخَاهُ هَارُونَ وَزِير

“Sesungguhnya Kami telah memberikan Taurat kepada Musa, dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya menyertai dia sebagai wazir (pembantu).” (Al-Furqan: 35)

وَقَالَ مُوسَى لاَِخِيه هَارُونَ اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلاَ تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِين

“Musa berkata kepada saudaranya yaitu Harun: Gantikan aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan jangan kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.” (Al-A’raf: 142)

Hadits Al-Manzilah dengan bermacam-macam redaksinya terdapat dalam kitab:

[1] Shahih Bukhari, jilid 5, halaman 24; jilid 6, halaman 3; juz 3, halaman 45; [2] Maghazi, bab Ghazwah Tabuk cet. Dar Ihya’ At-Turats Al-Arabi, Bairut; [3] Shahih Muslim, jilid 4, halaman 1870 dan 1871; jilid 2, halaman 236, 237, kitab [4] Fadhlu Ash-Shahabah, bab Fadhail Ali (as), cet. Darul Fikr, Bairut 1398 H; [5] Irsyadus Sari fi syarhi Shahih Bukhari, jilid 6, halaman 363; [6] Fathul Bari, syarah Shahih Bukhari, jilid 7, halaman 60, Ihya At-Turats Al-Arabi, Bairut; [7] Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 496; [8] Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 125; [9] Ash-Shawa’iqul Muhriqah, halaman 90; [10] Al-Ishabah, Ibnu Hajar Al-Asqalani, jilis 2, halaman 507; [11] Sirah Ibnu Hisyam, jilid 2, halaman 519-520; [12] Tarikh Damsiq, Turjumah Al-Imam Ali (as), jilid 1. halaman 396; [13] Tarikh Baghdad, Abu Bakar Al-Baghdadi, jilid 11, halaman 432; [14] Tarikh Ibnu Asakir, jilid 4, halaman 196; [15] Tarikh Al-Khulafa’, As-Suyuthi, halaman 65; [16] Thabaqat Ibnu Sa’d, jilid 3, halaman 24, cet Dar Shadir, Bairut tahun 1405 H; [17] Sirah Al-Halabiyah, jilid 1, halaman 461; [18] Al-Khashaish oleh An-Nasa’i, halaman 67, no: 44, 61, 67, 77; [19] Al-Jami’ Al-Kabir, jilid 16, halaman 244, no: 7818, cet. Darul Fikr, Bairut 1414; [20] Al-Bidayah wan-Nihayah, Abul Fida’, jilid 4, juz 7, halaman 340, cet. Darul Fikr, Bairut; [21] Kanzul Ummal, jilid 11, halaman 600, dar Ihya’ At-Turats; [22] Zadul Ma’ad, jilid 3, halaman 559, cet. Muassasah Ar-Risalah, Bairut 1408 H; [23] ‘Uyunul Atsar, jilid 2, halaman 294, cet. Maktabah Dar At-Turats, Madinah Al-Munawwarah tahun 1413 H; [24] Al-Mu’jam Al-Awsath, jilid 4, halaman 484, no: 4248 H; [25] Al-Isti’ab, jilid 3, halaman 197, cet Dar Al-Jayl, Bairut tahun 1412 H; [26] Tahdzibul Kamal, jilid 2, halaman 483, Muassasah Ar-Risalah, Bairut tahun 1413 H; [27] Turjumah Al-Imam Ali (as), jilid 1, halaman 306-393; [28] Kifayah Ath-Thalib fi Manaqib Ali bin Abi Thalib, Hafizh Al-Kanji, halaman 283; [29] Manaqib Al-Imam Ali (as) oleh Al-Maghazili, halaman 34, no: 52, Dar Al-Adhwa’ Bairut tahun 1403 H; [30] Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Abil Hadid, jilid 2, halaman 495; [31] Syarah Nahjul Balaghah, Syeikh Muhammad Abduh, jilid 2, halaman 182, cet. Al-Istiqamah Mesir; [32] Tafsir Al-Baghawi, jilid 4, halaman 278; [33] Tafsir Jalalayn, jilid 2, halaman 201, Musthafa Al-Babi Al-Halabi Mesir, tahun 1388 H; [34] Majma’ Az-Zawaid, jilid 9, halaman 114, 115; [35] Fadhail Amirul Mu’minin (as), Ahmad bin Hanbal, halaman 72, no: 109; [36] Hilyatul Awliya’, Al-Hafizh Abu Na’im, jilid 7, halaman 196; [37] Yanabi’ul Mawaddah, Al-Qunduzi, halaman 204; [38] Dzakhairul Uqba, Ath-Thabari, halaman 63; [39] Usdul Ghabah, Ibnu Asakir, jilid 4, halaman 26. [40] Shafwatish Shafwah, Ibnu Al-Jawzi, jilid 1, halaman 432; [41] At-Tadzkirah, Ibnu Al-Jawzi, halaman 22.

Menjawab Hadits: “Abu Bakar dan Umar Ketua Orangtua di Jannah.”

29 Januari 2011

Hadits ini sering dijadikan hujjah untuk menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas semua sahabat yang lain. Bahkan ada pengikut salafy yang menyatakan bahwa hadits ini menunjukkan keutamaan Abu Bakar dan Umar di atas Imam Ali as. Dalam banyak riwayat cukup kami sebutkan satu saja:

Hadits Ali as yang diriwayatkan Asy Sya’bi.

حدثنا يعقوب بن إبراهيم الدروقي حدثنا سفيان بن عيينة قال ذكر داود عن الشعبي عن الحرث عن علي عن النبي صلى الله عليه و سلم قال أبو بكر و عمر سيدا كهول أهل الجنة من الأولين والآخرين ما خلا النبيين والمرسلين لا تخبرهما يا علي

“Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrahim Ad Dawraqi yang berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah yang berkata Dawud menyebutkan dari Sya’bi dari Al Harits dari Ali dari Nabi saw yang berkata: ‘Abu Bakar dan Umar Sayyid Kuhul Ahli Jannah (ketua bagi orangtua di surga) dari kalangan terdahulu dan kemudian kecuali para Nabi dan para Rasul. Jangan kau kabarkan hal ini pada mereka wahai Ali.'” (Sunan Tirmidzi 5/611 no. 3666)

Jika kita meniliti hadits ini dengan cermat, kita akan dapati bahwa selain daripada ulama Sunni sendiri telah menolaknya, hadits ini tidak mungkin datang dari Rasul. Semua orang tahu bahwa surga tidak dihuni oleh orangtua. Tidak ada perubahan di dalamnya. Terdapat banyak riwayat yang telah diterima Sunni maupun Syi’ah kepada perkara ini. Satu daripadanya adalah mengenai Ashjaiyya, seorang wanita tua yang pergi menemui Rasul.

Dalam masa percakapan Rasul Allah saw bersabda: “Wanita tua tidak akan masuk surga.” Wanita itu amat susah hati sambil menangis dia berkata: “Wahai Rasul Allah, ini berarti saya tidak akan masuk surga.” Dengan mengatakan ini, dia pergi. Rasul Allah saw bersabda: “Katakan kepadanya, pada hari tersebut dia akan menjadi muda dan masuk ke surga.” Kemudian Rasul Allah saw membaca ayat berikut dari al-Quran:

إِنَّا أَنشَأْنَاهُنَّ إِنشَاءفَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًاعُرُبًا أَتْرَابًالِّأَصْحَابِ الْيَمِينِ

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan.” (Qur’an 56:35-38)

Di dalam hadits lain yang dapat diterima, Rasul Allah saw bersabda:

“Apabila penduduk dunia memasuki surga, mereka akan menjadi muda dan suci dengan wajah yang bersih, rambut ikal, mata yang menawan, berusia 33 tahun.”

Dengan demikian, hadits yang menyebutkan “Abu Bakar dan Umar adalah ketua bagi orangtua di surga” adalah bathil.