Imam Ali AS Memberitakan Syahadah Putranya

21 Mei 2011

Imam Amirul Mukminin Ali as -sebagaimana Rasulullah saw- pernah memberitakan tentang syahadah putranya, Imam Husain as. Berikut ini beberapa hadis yang pernah diriwayatkan darinya:

1. Abdullah bin Yahyâ meriwayatkan dari ayahnya yang pernah ikut serta bersama Imam Ali as dalam perang Shiffîn. Ayahnya adalah sahabat dekat Imam Ali as. Ketika sampai di Nainawâ, Imam Ali as berteriak: “Sabarlah, hai Abu Abdillah! Sabarlah, hai Abu Abdillah! (Sabarlah) mengingat tepi sungai Furat!” Yahyâ bangkit dan bertanya: “Apa gerangan yang akan terjadi pada Abu Abdillah?” Imam Ali menjawab: “Suatu hari aku menjumpai Rasulullah saw sementara kedua matanya berlinang air mata. Aku bertanya kepadanya: “Ya nabi Allah, apakah seseorang telah membuat Anda marah? Apa yang membuat mata Anda berlinang?’ Ia menjawab, ‘Jibril telah datang kepadaku dengan membawa berita bahwa Husain akan dibunuh di tepi sungai Furat. Apakah kamu ingin mencium tanahnya?’ ‘Ya’, jawabku pendek. Lalunya mengambil segumpal tanah dan memberikannya kepadaku. Melihat tanah itu, aku tidak kuasa menahan linangan air mataku.”

2. Hartsamah bin Salîm meriwayatkan: “Kami ikut serta berperang bersama Ali bin Abi Thalib pada perang Shiffîn. Ketika sampai di wilayah Karbala, kami menunaikan salat. Setelah usai salam, Imam Ali mengambil segumpal tanah Karbala dan menciumnya seraya berkata, ‘Sungguh mulia engkau, hai tanah Karbala. Sungguh ada sekelompok orang yang akan dibangkitkan darimu dan masuk surga tanpa dihisab.'” Hartsamah terkejut dengan ucapan Imam Ali itu, dan ucapan itu senantiasa mengiang di telinganya. Setelah tiba di rumah, Hartsamah menceritakan kejadian itu kepada istrinya yang bernama Jardâ’ binti Samîr, dan ia adalah seorang pengikut setia Amirul Mukminin as. Hartsamah menceritakan ucapan yang telah ia dengar dari Imam Ali. Istrinya berkata: “Biarkan aku, hai suamiku. Sesungguhnya Amirul Mukminin tidak mengatakan sesuatu kecuali benar.” Selang beberapa tahun, Ibn Ziyâd mengutus bala tentaranya untuk memerangi buah hati Rasulullah saw, Imam Husain as. Hartsamah berada di barisan bala tentara itu. Ketika sampai di Karbala, ia teringat akan ucapan Imam Ali as. Seketika itu juga ia enggan untuk memerangi Imam Husain as. Hartsamah datang menghadap Imam Husain as dan menceritakan apa yang pernah ia dengar dari Imam Ali as. Imam Husain as bertanya kepadanya: “Kamu bersama kami atau ingin memerangi kami?” Hartsamah berkata: “Aku tidak ingin bersama Anda dan juga tidak ingin memerangi Anda. Aku telah meninggalkan istri dan anakku. Aku takut Ibn Ziyâd akan menganiaya mereka.” Imam Husain as menasihatinya sembari berkata: “Jika begitu, lekaslah kabur sehingga kamu tidak menyaksikan kami terbunuh. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, pada hari ini tak seorang pun yang menyaksikan kami dibunuh lalu ia tidak menolong kami, melainkan Allah pasti akan memasukannya ke dalam neraka.” Hartsamah pun kabur dan tidak menyaksikan Imam Husain as dibantai.

3. Tsâbit bin Suwaid meriwayatkan dari Ghaflah: “Suatu ketika Ali as berpidato. Seorang laki-laki berdiri di bawah mimbar seraya berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin, aku telah melewati Wâdil Qurâ dan aku temukan Khâlid bin ‘Urfathah telah meninggal dunia. Maka mintakanlah ampunan untuknya.’ Imam Ali as berkata, ‘Demi Allah, ia tidak mati, dan ia tidak akan mati sehingga ia memimpin sebuah bala tentara yang sesat. Pembawa benderanya adalah Habîb bin Himâr.’ Tiba-tiba seorang laki-laki berdiri seraya mengangkat suaranya: ‘Wahai Amirul Mukminin, aku adalah Habîb bin Himâr, dan aku adalah pengikut dan pecintamu.’ Imam Ali as berkata kepadanya: ‘Kamukah Habîb bin Himâr itu?’ ‘Ya’, jawabnya pendek. Imam mengulangi pertanyaannya, dan Habîb kembali menjawab, ‘Ya’. Imam Ali as berkata, ‘Demi Allah, kamu adalah pembawa bendera itu dan kamu pasti akan membawanya. Engkau pasti akan masuk melalui pintu ini.’ Imam Ali menunjuk pintu Al-Fîl di masjid Kufah.” Tsâbit melanjutkan: “Demi Allah, aku tidak meninggal dunia hingga aku melihat Ibn Ziyâd. Ia telah mengutus Umar bin Sa’d untuk memerangi Husain dan mengangkat Khâlid bin ‘Urfathah sebagai komandan pasukan dan Habîb bin Himâr sebagai pembawa benderanya. Habîb masuk lewat pintu Al-Fîl dengan membawa bendera itu.”

4. Imam Amirul Mukminin Ali as berkata kepada Barrâ’ bin ‘?zib: “Hai Barrâ’, apakah Husain akan dibunuh sementara kamu masih hidup, tetapi kamu tidak menolongnya?” Barrâ’ berkata: “Tidak seperti itu, ya Amirul Mukminin.” Ketika Imam Husain as terbunuh, Barrâ’ merasa menyesal. Dia teringat akan ucapan Imam Amirul Mukminin as. Barrâ’ berkata: “Alangkah besarnya penyesalanku, karena aku tidak sempat membantu Husain as dan alangkah baiknya bila aku terbunuh demi membelanya.”

Banyak sekali hadis seperti ini yang telah dijelaskan oleh Imam Amirul Mukminin as tentang syahadah buah hati Rasulullah saw di Karbala itu. Kami telah memaparkan sebagian besar darinya dalam buku kami, Hayâh Al-Imam Husain as.

_______________

Imam Husain bin Ali الحسین بن علي
626-680 M; Gelar: Sayyid al-Shuhada
Husain adalah cucu dari Nabi Muhammad saww yang dibunuh ketika dalam perjalanan ke Kufah di Karbala. Husain dibunuh karena menentang Yazid bin Muawiyah.

Tinggalkan komentar